Rabu, 05 Maret 2008

Bank Syariah - Antara Idealis dan Pragmatis


Bank Syariah..antara idealis dan pragmatis

Ibaarat makan buah simalakama. Tidak ada alternatif pilihan yang menguntungkan. Di satu sisi bank syariah ingin membuktikan komitmen syariahnya tetapi di sisi lain situasi dan kondisi memaksanya untuk bersikap pragmatis. Saya menyadari sebagaimana umumnya perusahaan, bank syariah juga harus bekerja sesuai dengan strategi-strategi bisnis yang telah dirumuskan. Bank syariah juga harus berpacu memenuhi target-target bisnis yang telah ditetapkan, yang kesemuanya tersebut bertujuan agar bank syariah bisa tetap eksis, memenangkan persaingan, menghasilkan profit yang tinggi dan lebih dari itu yaitu untuk ekspansi bisnis. Saya menyadari bahwa kendala terberat yang dialami kalangan bankir syariah saat ini adalah terjebak antara idealisme dan sikap pragmatis. Di satu sisi perbankan syariah ingin agar bisa istiqomah dalam jalur syariahnya tetapi di satu sisi targert-target bisnis yang ditetapkan seringkali memaksa untuk keluar dan semakin keluar dari koridor syariah. Contoh sepele adalah dalam tingkat yang kecil seperti cerita seorang staf marketing..…Suatu saat seorang staf marketing dihadapkan pada kasus akad pembiayaan mudharabah wal murabahah dengan koperasi karyawan. Kalau staf marketing tersebut benar-benar komitmen dengan prinsip syariah maka dia akan berhati-hati menangani akad pembiayaan tersebut agar sesuai dengan syariah. Dia tentu akan berusaha agar para pengurus koperasi karyawan dan anggota koperasi karyawan yang mengajukan pembiayaan benar-benar menggunakan dana tersebut sesuai akad murabahah yaitu untuk membeli barang halal. Tetapi kadangkala kenyataan di lapangan sering menunjukkan bahwa pengajuan pembiayaan murabahah tersebut banyak yang hanya formalitas saja dalam artian pengajuan pembiayaan yang katanya untuk membeli barang ternyata penggunaannya bukan untuk membeli barang, belum lagi kalau melihat mekanisme transaksinya yang asal murabahah-murabahahan. Melihat kasus penyimpangan syariah seperti ini staf marketing dihadapkan pada pilihan sulit. Antara idealis dan pragmatis. Kalau dia komitmen syariah tentu dia akan menolak pengajuan pembiayaan yang menyimpang syariah tersebut, tetapi di satu sisi dia mendapati resiko yang tidak ringan, yaitu harus mencapai target agar kinerjanya bagus dan tidak dipecat. Kalau dia menyarankan kepada koperasi yang mengajukan pembiayaan agar benar-benar menggunakan sesuai akad dan sesuai syariah, pihak koperasi akan membatalkan akad kerjasama dengan bank syariah tersebut dan mengambil bank lain karena menganggapnya bank syariah terlalu berbelit-belit. Akhir cerita si staf marketing ini mengambil jalan tengah agar akad pembiayaan tidak batal dan dia sendiri bisa mencapai target dan tidak dipecat, maka dia menyarankan,”sudahlah pak pengurus koperasi, tulis aja buat beli barang ini atau itu, hanya buat formalitas aja kok…” Inilah fenomena yang terjadi. Antara idealis dan pragmatis. Itu baru tingkat kasus yang kecil saja, dan pada kasus yang lebih besar juga sama saja. Pada tingkat-tingkat top management juga sering dihadapkan pada pilihan untuk makan buah simalakama. Di satu sisi bank syariah harus berjalan sesuai syariah tetapi di sisi lain bank syariah harus mengejar target, mencapai profit tinggi, menghasilkan bagi hasil yang tinggi buat deposan dan seterusnya. Akhirnya terkadang diambil jalan yang mudah, yaitu mengambil pangsa pasar koperasi pegawai, dengan kurang memperdulikan kesesuaian syariahnya yang penting profit tinggi dan target tercapai. Begitulah……..

Bank syariah..antara idealis dan pragmatis…Menurut saya kebijakan pragmatis dengan meninggalkan idealisme itu adalah kebijakan yang melompat. Dia ingin mencapai tujuan yang diharapkan tetapi tidak mau melewati tahapan-tahapannya. Seperti orang yang sedang naik tangga, tetapi tidak mau melewati mulai tangga yang terbawah tetapi berusaha untuk langsung melompat ke puncak tangga. Kebijakan melompat ini menurut saya amat riskan tidak memberikan keyakinan yang pasti. Namanya juga melompat tangga, makanya sifatnya juga untung-untungan. Kalau nasib lagi bagus bisa cepat ke puncak tangga, tetapi kalau nasib lagi apes, jangankan sampai ke puncak tangga malah tubuh babak belur karena jatuh terpeleset. Kebijakan pragmatis dengan meninggalkan idealisme ini kalaupun mencapai kesuksesan hanya seumur jagung. Karena sesuatu yang dicapai dengan instant tentu keberhasilannya pun hanya instant juga. Ibarat suatu gedung yang tinggi menjuang ke langit tetapi pondasinya tidak kuat karena keropos di sana sini, yang kalau terkena gempa sedikit saja gedung itu akan ambruk. Mungkin memang dalam waktu singkat bank syariah akan mencapai kesuksesan, tetapi kesuksesan tersebut hanya bersifat sebentar karena tidak dimulai dengan kemurnian syariah. Lambat laun orang akan meninggalkan bank syariah bahkan bisa membencinya manakala mengetahui bahwa banyak sisi penyimpangan syariahnya……..

Kata orang kerjakan segala sesuatu dengan perencanaan yang matang dan rencanakan segala sesuatunya dengan tahap demi tahap….step by step…Bayi yang baru lahir saja baru boleh dikasih ASI, setelah beberapa waktu baru dikasih makanan lain secara bertahap. Bayangkan kalau bayi yang baru lahir sudah dikasih nasi goreng. Bank syariah adalah juga bank Islam. Semestinya harus bercermin juga pada ajaran Islam. Kalau kita bercermin pada ajaran Islam kita akan mendapati ada tahapan-tahapan tertentu sebelum mencapai kesuksesan. Dalam suatu surat dalam Al Qur’anul Karim Allah memberikan petunjuk untuk mencapai sebuah kesuksesan………..

وعدالله الذين امنوامنكم وعملواالصلحت ليستخلفنهم فىالارض كمااستخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذىارترضىلهم وليبدلنهم من بعد خوفهم امنايعبدونني لايشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فاولئك هم الفسقون

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam keadaan ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq” (Al Qur’an Surah An Nuur : 55)


Lihatlah dalam ayat tersebut bahwa Allah akan memberikan kekuasaan kepada ummat Islam apabila umat Islam telah beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dengan kata lain kesuksesan dunia apapun itu bentuknya baik secara pribadi ataupun dalam satu jama’ah/organisasi akan diberikan Allah apabila umat Islam telah mentaati ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketetapan Allah ini juga berlaku bagi institusi yang bernama bank syariah atau bank Islam. Kesimpulannya ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilewati sebelum mencapai kesuksesan. Pertama beriman kemudian menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan barulah menuai kejayaan. Dalam konteks perbankan syariah adalah membersihkan bank syariah dari segala penyimpangan syariah baru mencapai tujuan yang diharapkan. Berpikir idealis dahulu kemudian pragmatis, memurnikan transaksi syariah dahulu baru memikirkan profit……..

Yang pasti, jangan berpikir terbalik karena kepala bisa pusing. Sesungguhnya sejarah banyak memberikan pelajaran kepada kita. Lihatlah catatan Siroh Nabawiyah tentang perjuangan Rasulullah dan para shahabatnya dalam menegakkan Islam. Rasulullah memulainya dengan dakwah, tarbiyah selama 23 tahun, membersihkan keberhalaan, kemusyrikan dan segala kekotoran, kemaksiatan kemudian mengisinya dengan tauhid, penyembahan hanya kepada Allah, dan ketaatan mutlak kepada-Nya. Setelah itu kita dapat melihat hasil dari perjuangan tersebut yaitu kesuksesan, kejayaan ummat Islam sampai ke seluruh penjuru timur dan barat, dan menumbangkan segala agama dan kekuasaan yang lain. Dan berkacalah juga dari cermin sejarah bangsa Indonesia. Lihatlah Kartosuwiryo dengan rombongan DI/TII-nya, harus diakui berdasarkan kacamata Islam bahwa tujuan Kartosuwiryo itu bagus karena bermaksud menegakkan Al Qur’an dan As Sunnah dalam kehidupan kenegaraan. Tetapi sayangnya tujuan yang bagus tersebut tidak disertai dengan cara yang bagus dan melalui tahapan-tahapan. Kartosuwiryo tidak sabaran, pengen melompat tangga, menempuhnya dengan revolusioner, kekerasan dan darah. Akhirnya perjuangannya pun kandas sebelum menuai keberhasilan. Andai saja Kartosuwiryo mau sedikit saja untuk bersabar dan mencontoh dari perjuangan Rasulullah dan para shahabatnya, dengan berdakwah secara halus penuh hikmah, memperbaiki aqidah dan akhlaq ummat, niscaya insyaAllah dia bisa mencapai kesuksesan……….

Dan, semestinya apa yang menimpa saudara Kartosuwiryo tersebut jangan sampai terulang pada perbankan syariah. Cukup sebagai pelajaran sejarah yang tidak perlu untuk terulang lagi. Kartosuwiryo telah gagal dalam melompat tangga dan jatuh terpeleset babak belur. Jangan sampai perbankan syariah juga ikut babak belur karena nekad melompat tangga. Dan, sebenarnya apa artinya kalau profit yang tinggi, bagi hasil yang tinggi buat para deposan, gaji yang tinggi buat para pegawai, dan seterusnya, kalau semua itu dicapai tidak dengan cara yang baik. Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali dari jalan yang baik pula. Percuma saja sholat khusyu’ sampai jidat hitam kalau pakaian yang dikenakan dari hasil mencuri.

Bank syariah tidak syariah….Berat memang menyandang nama syariah dibanding dengan nama bank konvensional. Ada tanggung jawab, amanah, dan konsekuensi selalu mendapat sorotan dari masyarakat. Ibarat seorang gadis yang memakai jilbab, segala tingkahnya akan menjadi sorotan. Dan memang sudah semestinyalah tujuan bank syariah didirikan yaitu untuk mewujudkan sistem perbankan dan melakukan aktifitas bisnis dalam perbankan yang sesuai syariah. Dan inilah tujuan utama sebelum mencapai profit yang setinggi-tingginya. Maka dari itu para bankir syariah jangan sampai terlena sehingga menomersatukan profit lebih dahulu daripada kesesuaiannya dengan syariah. Sangat berat tanggungjawabnya. Karena sesungguhnya bank syariah telah mendapatkan amanah dari masyarakat yang telah mempercayakan hartanya untuk dikelola sesuai syariah. Janganlah amanah tersebut disia-siakan. Setiap amanah pasti akan ditanyakan pertanggungjawabannya tidak hanya di dunia ini tetapi lebih-lebih nanti di Yaumil Akhir, Allah sendiri yang akan menanyakan amanah yang diberikan-Nya.

Dan, jangan seperti falsafah jawa, ‘JARKONI’ iso ngajar ora nglakoni, artinya tidak sesuai yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Amat berat tanggung jawab meneriakkan slogan-slogan syariah, transaksi yang halal dan bebas riba kalau kenyataan belum seperti itu………

اتأمرون الناس بالبر وتنسون انفسهم وانتم تتلون الكتاب افلا تعقلون

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab? Maka tidakkah kamu berpikir” (Al Qur’an Surah Al Baqarah : 44)



WALLAHU A'LAM

Tidak ada komentar: